Akbar Nur Aziz | Rabu, 9 Desember 2020
Salah satu jenis tari puteri klasik gaya Yogyakarta yang ditarikan dengan ragam tari Klana Alus. Tarian ini mempergunakan koreografi Golek dengan gending lambangsari. Pada tahun 1916 Sri Sultan Hamengku Buwana VII berkenan menghadiahkan tari Golek Lambangsari ke Kraton Mangkunegaran, pada saat penobatan Sri Mangkunegara VI. Pada perkembangan selanjutnya tari Golek Lambangsari menjadi tari Golek yang paling terkenal dan secara resmi menjadi materi ajar di Kridha Mardawa Kraton Yogyakarta.
Tari Golek Lambangsari diciptakan oleh K.R.T. Purbaningrat seorang pakar tari yang hidup pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VII dan VIII. Tari Golek Lambangsari yang menceritakan tentang seorang gadis yang sedang beranjak dewasa. Gadis ini diceritakan sebagai sosok yang mulai pandai bersolek dengan di dalamnya ditampilkan berbagai macam gerakan seperti seseorang sedang memegang cermin, memasang gincu, memakai bedak dan sebagainya.
Semula tari ini satu-satunya tari yang dimainkan oleh seorang putri tunggal seperti yang dimaksud dalam judul tarian ini. Golek dalam bahasa Jawa berarti mencari. Dalam konteks tarian ini adalah mencari sebuah identitas dalam perjalanannya sebagai manusia yang beranjak dewasa. Sejalan dengan perkembangannya kemudian tari ini dapat dimainkan oleh beberapa penari.
Ada berbagai macam tarian Golek lainnya yang dikembangkan sesuai dengan legendanya, seperti tari Golek Asmaradana Kenyatinember, tari Golek Asmaradana Bawarga, tari Golek Mudhatomo, tari Golek Ayun-Ayun, tari Golek Eling-Eling, tari Golek Sulukdayung, tari Golek Clunthang, dan lain sebagainya.
Sumber: dimasdiajeng.or.id, www.tasteofjogja.org
© Instagram: bar_akbarnur
Mantap kali ini